Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 13 Oktober 2008

Orang Bugis, Berlayar Menebar Bahasa Melayu (1)

ORANG Bugis mulai melakukan migrasi besar-besaran gelombang pertama pada tahun 1667. Di perantauan mereka berbicara dengan bahasa Melayu. 261 tahun setelah peristiwa besar itu, bahasa Melayu diadaptasi menjadi Bahasa Indonesia dan menjadi unsur terpenting nasionalisme Indonesia.

Tulisan ini memuat intisari penelitian dua pakar linguistik, James T Collins dari Center for Southeast Asian Studies, Northern Illinois University, Australia, dan Sukardi Gau dari Balai Bahasa Jayapura dan Institut Alam dan Tamadun, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Keduanya diundang untuk memaparkan hasil-hasil penelitian tentang persebaran bahasa Melayu di Indonesia bagian timur dalam Seminar Internasional Kemelayuan di Indonesia Timur, di Gedung IPTEKS Unhas, Tamalanrea, Makassar, Minggu (12/10).

Kajian mengenai keberadaan bahasa Melayu di Indonesia timur terabaikan. Banyak pengkaji sejarah bahasa melihat produk kebudayaan Melayu itu tidak memiliki jejak sedikit pun di Indonesia timur, termasuk Sulawesi. Melayu dianggap hanya berakar di Sumatera dan semenajung Malaka.

"Nnusantara timur (demikian sebutan Collins untuk Indonesia timur), sudah lama terkait dengan sistem perdagangan global. Pedagang dari wilayah ini memasok bahan rempah-rempah di pasaran dunia terutama di Cina, India dan eropa," kata Collins.

Dalam proses perdagangan inilah bahasa Melayu digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa Melayu di Indonesia timur ini kemungkianan berasal dari wilayah Kalimantan yang digunakan sebagai wahana dalam konteks keberagaman dan perdagangan internasional.

Menurut Collins, titik permulaan penggunaan bahasa Melayu di Indonesia timur ini belum dapat dipastikan waktunya. Tetapi sejak kapal asing masuk di nusantara sekitar abad ke-16, masyarakat nusantara timur sudah bertutur dalam bahasa Melayu.

Senada dengan Collins, Sukardi juga tidak dapat menandai titik awal penggunaan bahasa Melayu di Indonesia timur. Yang ia kaji adalah adaperan besar orang Bugis (juga Makassar) dalam penyebarannya. Titik awalnya adalah migrasi pascapergolakan politik tahun 1667.

"Pergolakan itu adalah peperangan antara Kerjaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dengan Belanda. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Gowa yang ditandai dengan Perjanjian Bungaya, 18 November 1667," katanya.

Perjanjian itu ditulis dalam dua bahasa. Bahasa Belanda untuk para pejabat dan opsir Belanda dan bahasa Melayu untuk Sultan Hasanuddin dan pasukannya. Ini membuktikan bahasa Melayu telah menjadi bahasa di Sulawesi bagian Selatan saat itu.

Orang Bugis yang memilih pergi merantau saat itu memilih bekerja sebagai pedagang serta menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari.(suryana anas/furqon majid)

Tulisan ini juga diterbitkan di www.tribun-timur.com

Tidak ada komentar: