Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 12 Oktober 2008

Patung Patompo dalam Ruang Kusam


MENEMPATI sebuah gedung tua bangunan Belanda yang pernah digunakan sebagai kantor DPRD Kota Makassar dekade 1970-an. Dari luar, gedung yang ukurannya lebih kecil dari rumah jabatan wali kota itu terlihat agak kusam. Dari dalam, ruang-ruangannya yang besar juga nyaris kekurangan cahaya.

Museum Kota Makassar terletak di Jl Balaikota, tepat di seberang Balaikota Makassar. Telah lama museum ini kekurangan koleksi dan nyaris tidak terurus. Pengurus museum mengatakan, alokasi anggaran yang diberikan Pemerintah Kota Makassar sangat minim. Hanya Rp 100 juta per tahun.

"Dari APBD kami hanya mendapatkan Rp 100 juta setiap tahun. Itu untuk honor 12 orang staf, delapan orang dewan kurator, dan empat orang pembina. Dari anggaran itu, kita tidak bisa menambah koleksi," ujar Kepala Museum Kota Makassar, A Irma Kusuma, di Makassar, Sabtu (18/11).

Museum kota ini digagas pertama kali oleh mantan Wali Kota Makassar, Amiruddin Maula, pada tahun 1999. Namun pengelolaannya oleh Dinas Pariwisata Kota Makassar baru pada Maret 2002. Konsep pengelolaan adalah menjadikannya sebagai salah satu pusat perhatian di Kota Makassar.

"Kami punya 13 ribu koleksi, antara lain etnografi, naskah, koleksi foto, pakaian, dan furniture. Itu pun dari pemberian pihak lain. Sangat sedikit jika berbicara koleksi ideal sebuah museum," lanjut Irma.

Terakhir pengurus mendapatkan patung Dg Patompo (Mantan Wali Kota) melalui putranya, Endong Patompo. Beberapa lagi dari PDAM dan TVRI berupa etnografi. Selebihnya, sama sekali tidak ada penambahan koleksi.

Setiap hari kerja, pintu-pintu besarnya terbuka lebar. Untuk masuk, pengunjung tak dikenai biaya sepeser pun. Namun, hanya 10-15 orang datang setiap hari. Kebanyakan orang asing dan peneliti. Kadang rombongan anak sekolah. Masyarakat umum dipastikan tidak tertarik mengunjungi gedung ini.

"Koleksinya, ruangannya, dan fasilitasnya tidak memberikan alasan kepada kami untuk memungut biaya masuk. Ke depan, saya menginginkan museum ini menjadi pusat atraksi budaya. Juga memiliki konsep entertaint. Semoga ada kepedulian pemerintah kota," kata Irma berharap.

Anggaran untuk museum memang sangat kecil. Bandingkan dengan biaya promosi wisata ke Berlin, Jerman, beberapa waktu lalu yang menghabiskan Rp 600 juta dalam waktu hanya satu minggu. Hari ini, sebuah rombongan lagi akan berangkat ke Cina untuk mempromosikan "kehebatan" Kota Makassar. Pastinya juga menghabiskan dana ratusan juta rupiah.(furqon majid)

Tidak ada komentar: